Sabtu, 18 Agustus 2012

menulis dengan kedipan mata


Pernah membayangkan bagaimana seorang menulis buku,
bukan dengan tangan atau anggota tubuh lainnya, tetapi
dengan kedipan kelopak mata kirinya? Jika Anda
mengatakan itu hal yang mustahil untuk dilakukan,
tentu saja Anda belum mengenal orang yang bernama Jean-Dominique Bauby. Dia pimpinan redaksi majalah Elle, majalah kebanggaan Prancis yang digandrungi wanita seluruh dunia. Betapa mengangumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar bisa. Ia meninggal tiga hari setelah bukunya diterbitkan. Setelah tahu apa yang dialami si jean dalam menempuh hidup ini, pasti Anda akan berpikir, "Berapa pu problem dan stres dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan si jean". Tahun 1995, ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut locked-in syndrome, kelumpuhan total yang disebutnya "seperti pikiran di dalam botol". Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya dalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah cara dia berkomunikasi dengan para perawat, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya. Begini cara Jean menulis buku. Mereka (keluarga, perawat, teman-temannya) menunjukkan huruh demi huruf dan si Jean akan berkedip apabila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya. "Bukan Main," kata Anda. Ya. itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya. Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh "menulis" dengan cara si Jean, barang kali kita harus menangis dulu berhari-hari dan bukan buku yang jadi, tapi mungkin meminta ampun untuk tidak disuruh melakukan apa yang dilakukan Jean dalam pembuatan bukunya. Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelsaikan memoarnya yang ditulisnya secara sangan istimewa. Judulnya "Le Scaphandre" et le Papillon (The bubble and the buterfly). Jean adalah contoh orang yang tidak menyerah pada nasib yang digariskan untuknya. Dia tetap hidup dalam kelumpuhan dan tetap berpikir jernih untuk bisa menjadi seseorang yang berguna, walaupun untuk menelan ludah pun, dia tidak mampu, karena seluruh otot saraf di tubuhnya lumpuh. Tetapi yang patut kita teladani adalah bagaimana dia menyikapisituasi hidup yang dialami dengan baik dan tetap menjadi seaorang manusia (bahasa sansekerta yang berarti pikiran yang terkendali), bahkan bersedia berperan langsung dalm film yang mengisahkan dirinya. Jean, tetap hidup dengan bahagia dan optimistis, dengan kondisinya yang seperti mayat bernapas. Sedangkan kita yang hidup tanpa punya problem seberat Jean, sering menjadi manusia yang selalu mengeluh...! Coba ingat ingat apa yang kita lakukan. Ketika mendapat cuaca hujan, biasanya mengerutu. Sebaliknya, mendapatkan cuaca panas juga mengerutu. Punya anak banyak mengeluh, tidak punya anak juga mengeluh. Carl Jung, pernah menulis demikian: "Bagian yang paling menakutkan dan sekaligus menyulitkan adalah menerima diri sendiri secara utuh, dan hal yang paling sulit dibuka adalah pikiran yang tertutup!". Maka, betapapun kacaunya keadaan kita saat ini, bagi yang sedang stress berat, yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain, anggota keluarga yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, yang baru mendapat musibah kecelakaan atau bencana, bagi yang sedang di PHK, ingatlah kita masih bisa menelan kedah ludah, masih bisa makan dan mengerakkan anggota tubuh lainnya. Maka bersyukurlah, dan berbahagialah...! Jangan menjadi pengeluh, pengerutu, penuntut abadi, tapi bijaksanalah untuk bisa selalu think and thank (berpikir, kemudian berterima kasih/bersyukur) Dalam artikel yang berjudul kegagalan dan kesuksesan hasil konsekuensi pikiran (Suara pembaharuan Minggu 26 Februari 2005) dituliskan, seseorang yang sadar sepenuhnya, dia datang ke dunia ini hanya dibekali sebuah nyawa (jiwa). Nah nyawa itu harus dirawat dengan menjalani kehidupan secara bertanggung jawab. Dengan nyawa ini pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di manapun dia berada, dan dalam kondisi apapun dia harus berbahagia. Kunci kebahagiaan adalah bersyukur! Mensyukuri apa yang kita dapat itu penting, termasuk sebuah nyawa agar kita bisa hidup di alam ini. Dan kebahagiaan bisa dibuat, dengan tidak meminta
(menuntut) apapun pada orang lain, tetapi memberikan                   
apa yang bisa diberikan kepada orang lain agar mereka
bahagia. Jadilah seseorang yang merasa ada gunanya
untuk kehidupan ini.
Untuk itu Anda bisa mendengarkan intuisi sendiri
sehingga bertindak sesuai nurani dan menghasilkan apa
yang Anda inginkan dalam hidup. Hadapi hidup dengan
tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak pernah
gagal. Bukan tidak pernah ditolak, juga bukan tidak
pernah kecewa. Jstru banyak orang yang sukses itu
wsebetulnya orang yang telah mengalami kegagalan.
Berpikirlah positif, Anda akan menjadi orang yang
beruntung. Banayak cerita tentang keberuntungan
berasal dari kejadian-kejadian yang tidak
menguntungkan. Misalnya kehilangan pekerjaan
memunculkan ide besar untuk mulai bisnis sendiri dan
menjadi majikan. Ditolakpun bisa mendatangkan
kesuksesan. Tetapi untuk mendpatkan keberuntungan
diperlukan usaha. Dan mulailah sekarang juga untuk
berusaha!.

Ditulis Lianny Hendranta, suara pembaharuan minggu 1
Mei 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar